Lets all have a break!
POLA ASUH ANAK
Sabtu, 10 Maret 2012 >>19.57

MACAM-MACAM POLA ASUH

Orangtua adalah ayah dan/atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, orangtua memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu/ayah dapat diberikan untuk perempuan/pria yang bukan orangtua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah pada orangtua angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis anak) dan ayah tiri (suami ibu biologis anak).

Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.

Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun sekolah dasar.

Walaupun begitu istilah ini juga sering merujuk pada perkembangan mental seseorang, walaupun usianya secara biologis dan kronologis seseorang sudah termasuk dewasa namun apabila perkembangan mentalnya ataukah urutan umurnya maka seseorang dapat saja diasosiasikan dengan istilah "anak"


4 TIPE POLA ASUH ANAK


Menjadi orang tua memang tidak gampang. Sekolahnya pun tidak ada. Namun begitu, bagaimanapun Anda bersikap terhadap anak, implementasinya bisa digolongkan dalam 4 tipe pola asuh. Termasuk orang tua bagaimanakah Anda?

Semalam Irma terlambat tidur, karena sepupunya berkunjung dan baru pulang jam 22.00. Hari ini si kecil yang masih duduk di kelas 2 SD itu bangun kesiangan. Akibatnya, ia jadiangot, enggak mau berangkat ke sekolah dengan alasan malu kalau terlambat. Setelah semua penghuni rumah membujuknya, bukannya segera mandi dan bergegas ke sekolah, Irma malah makin menjadi-jadi amukannya.

Kalau Irma adalah anak Anda, bagaimana menyikapinya? Memaksanya untuk segera berangkat sekolah? Membiarkannya tidak masuk sekolah? Atau bagaimana? "Sikap yang diambil orang tua terkait erat dengan pola asuh yang diterapkan pada anaknya," ujar Dra. Clara Istiwidarum Kriswanto, MA, CPBC., dari Jagadnita Consulting.

Pada dasarnya orang tua menginginkan anaknya untuk tumbuh menjadi orang yang matang dan dewasa secara sosial. Sehingga apa pun jenis pengasuhan yang diterapkan orang tua pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai hal tersebut. Namun, kadang orang tua tidak menyadari bahwa pola pengasuhan tertentu dapat membawa dampak merugikan bagi anak. Menurut seorang pakar psikologi, Diana Baumrind, ada empat jenis pola pengasuhan, yaitu otoriter, authoritative, neglectful dan indulgent. Kalau Anda ingin tahu termasuk yang mana, simak penjelasannya berikut.

OTORITER YANG MEMAKSA

BILA orang tua Irma termasuk tipe otoriter, maka dia akan mengambil sikap memaksa tanpa kompromi sama sekali. Pokoknya, sekolah wajib hukumnya dan anak tidak boleh membolos dengan alasan apa pun. Mau terlambat, harus menanggung malu, atau kena hukum dari guru, orang tua tidak mau tahu. Yang penting anak tetap berangkat sekolah yang memang menjadi kewajibannya. "Pokoknya Mama-Papa enggak mau tahu. Kamu harus segera mandi dan berangkat sekolah. Jangan membantah!" Kata-kata seperti itulah yang akan diucapkan oleh orang tua otoritarian bila menghadapi keadaan ini.

Pola otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orang tua tanpa banyak alasan. Dalam pola asuh ini biasa ditemukan penerapan hukuman fisik dan aturan-aturan tanpa merasa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan alasan di balik aturan tersebut.

Orang tua mungkin berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti aturan yang ditetapkannya. Toh, apa pun peraturan yang ditetapkan orang tua semata-mata demi kebaikan anak. Orang tua tak mau repot-repot berpikir bahwa peraturan yang kaku seperti itu justru akan menimbulkan serangkaian efek.

Pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, seperti ia merasa tidak bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang, tidak mampu menyelesaikan masalah (kemampuan problem solving-nya buruk), begitu juga kemampuan komunikasinya yang buruk.

NEGLECTFUL SI CUEK

BILA masalah Irma ini dihadapi oleh orang tua yang mempunyai pola asuh neglectful, maka apa pun yang terjadi, terjadilah tanpa orang tua menaruh peduli sama sekali. Anak mau sekolah terserah, tidak sekolah juga terserah. Apa saja yang ingin dilakukan anak, orang tua membolehkannya. Kalau ia harus berangkat kerja saat itu, ya ia tetap berangkat ke kantor, tanpa peduli anak akan menentukan pilihan yang mana. Dalam bahasa sederhananya tipe ini adalah tipe orang tua yang permisif alias serba membolehkan.

Pola neglectful adalah pola dimana orang tua tidak mau terlibat dan tidak mau pula pusing-pusing memedulikan kehidupan anaknya. Jangan salahkan bila anak menganggap bahwa aspek-aspek lain dalam kehidupan orang tuanya lebih penting daripada keberadaan dirinya. Walaupun tinggal di bawah atap yang sama, bisa jadi orang tua tidak begitu tahu perkembangan anaknya.

Pola asuh seperti ini tentu akan menimbulkan serangkaian dampak buruk. Di antaranya anak akan mempunyai harga diri yang rendah, tidak punya kontrol diri yang baik, kemampuan sosialnya buruk, dan merasa bukan bagian yang penting untuk orang tuanya. Bukan tidak mungkin serangkaian dampak buruk ini akan terbawa sampai ia dewasa. Tidak tertutup kemungkinan pula anak akan melakukan hal yang sama terhadap anaknya kelak. Akibatnya, masalah menyerupai lingkaran setan yang tidak pernah putus.

INDULGENT TIDAK PUNYA POSISI TAWAR

KIRA-KIRA seperti ini yang akan dikatakan orang tua yang tidak punya posisi tawar, "Ya sudah, Irma boleh enggak sekolah. Kamu lagi malas sekolah ya?" Kalau Irma mau menonton televisi saja di rumah, orang tua akan berkata, "Ya sudah, daripada menangis terus, kamunonton teve saja deh." Begitu seterusnya. Kata-kata seperti itu akan sering diucapkan oleh orang tua yang mempunyai pola asuh indulgent.

Pola indulgent sebetulnya menjadi istilah bagi pola asuh orang tua yang selalu terlibat dalam semua aspek kehidupan anak. Namun di situ tidak ada tuntutan dan kontrol dari orang tua terhadap anak. Mereka cenderung membiarkan anaknya melakukan apa saja sesuai dengan keinginan mereka. Dalam bahasa sederhananya, orang tua akan selalu menuruti keinginan anak, apa pun keinginan tersebut. Bahkan orang tua jadi tidak punya posisi tawar sama sekali di depan anak karena semua keinginannya akan dituruti, tanpa mempertimbangkan apakah itu baik atau buruk bagi si anak," tandas Clara.

Banyak orang tua yang menerapkan pola asuh ini berkilah bahwa sikap yang diambilnya didasari rasa sayangnya terhadap anak. "Cinta saya pada si kecil kan cinta yang tidak bersyarat. Jadi, apa pun yang diminta anak akan saya turuti." Padahal yang namanya cinta, pada siapa pun, termasuk pada anak, tidak identik dengan keharusan menuruti semua keinginannya.

Akibat buruk yang harus diterima anak sehubungan dengan pola asuh orang tua yang seperti ini jelas tidak sedikit. Di antaranya anak jadi sama sekali tidak belajar mengontrol diri. Ia selalu menuntut orang lain untuk menuruti keinginannya tapi tidak berusaha belajar menghormati orang lain. Anak pun cenderung mendominasi orang lain, sehingga punya kesulitan dalam berteman.

AUTHORITATIVE MEMBERIKAN PILIHAN

APAKAH Anda termasuk orang tua yang akan memilih langkah seperti ini? "Jadi Irma maunya gimana? Kalau mau makan es krim dulu, oke Mama kasih waktu 5 menit, tapi setelah itu kamu harus segera mandi dan berangkat sekolah." Anak boleh memilih melakukan apa yang menurutnya baik, tetapi tetap harus ada batasan apa yang seharusnya dilakukan. Pola asuh seperti ini dikategorikan sebagai pola asuh authoritative.

Pola authoritative mendorong anak untuk mandiri, tapi orang tua tetap menetapkan batas dan kontrol. Orang tua biasanya bersikap hangat, dan penuh welas asih kepada anak, bisa menerima alasan dari semua tindakan anak, mendukung tindakan anak yang konstruktif. "Jadi pada kasus anak terlambat sekolah, orang tua tetap mendengarkan dulu apa keinginan anak, dalam hal ini adalah makan es krim dulu. Bisa jadi hal itu dilakukan anak untuk meredakan ketegangannya karena akan terlambat masuk kelas. Tapi setelah itu, orang tua tetap mengarahkan anak untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan, yaitu tetap harus segera mandi dan kemudian berangkat sekolah," kata Clara.

Anak yang terbiasa dengan pola asuh authoritative akan membawa dampak menguntungkan. Di antaranya anak akan merasa bahagia, mempunyai kontrol diri dan rasa percaya dirinya terpupuk, bisa mengatasi stres, punya keinginan untuk berprestasi dan bisa berkomunikasi baik dengan teman-teman dan orang dewasa.

Dengan adanya dampak positif tersebut, pola asuh authoritative adalah pola asuh yang bisa dijadikan pilihan bagi orang tua. "Beri anak kesempatan bicara tetapi kontrol sepenuhnya tetap di tangan orang tua," tambahnya.

SOLUSI

Pola-pola asuh orang tua terhadap anak memiliki banyak ragam

Salah satunya ada pola asuh yang otoriter. Pola asuh yang otriter adalah pola asuh yang memaksakan sebuah kehendak dan tidak mempunyai pilihan tidak. Pola asuh ini menurut saya yang paling berbahaya. Maupun mereka mendapatkan perhatian dari orang tua tetapi mereka tidak pernah tau bahwa kehidupan mempunyai pilihan. Karena pola asuh orang tua berikan yaitu tidak adanya penolakan dan selalu harus menurut. Seharusnya sebagai orang tau memberikan pilihan terhadap anak dan memberitahukan bahwa pilihan ini bnaik atau buruk. Karena dengan mereka mengatahui pilihan baik-buruk mereka bias memnuntukan sendiri.

Selanjutnya adalah pola asuh neglectfu, Pola asuh ini sangatlah cuek. Mereka membesakan anak melakukan apa saja. Pola asuh ini juga tidak baik, karena mereka tidak diberitahukan mana baik-buruknya suatu pilihan yang anak harus pilih. Karena tidak ada bimbingan orang tua yang mungkin sibuk dengan pekrejaan mereka dan anak terkedang merasa bahwa orang tua mereka tidak mempedulikan mereka. Disini anak harus diberi perhatian yang lebih, seperti orang tua memberitahukan bahwa pilihan ini baik atau tidak, mengajak mereka liburan bersama agar sang anak merasa bahwa dia dipedulikan oleh orang tua mereka.

Pola asuh indulgent, adalah pola asuh yang membiarkan anak melakuakn apapun yang dia inginkan. Disini orang tua memberikan perhatian terhadap anak tersebut, tetapi mereka mebiarkan anak tersebut melakukan apapun yang mereka diinginkan. Dampaknya adalah anak tersebut tidak mengetahui bahwa pilihan dia itu benar atau buruk terhadap dirinya.

Dan yang terakhir adalah authoritative, pola asuh anak yang diberikan pilihan tetapi dengan adanya batasan dan mengetahui mana baik-buruknya. Pola asuh ini sangtalah baik, karena dimana anak diberikan pengertian terhadap piliahn yang ia beri dan diberi batasan terhadap anak tersebut. Dan anak ini mendapatkan perhatain penuh dari orang tua yang menyebabkan anak terbut menjadi baik.


SOURCE:

http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_tua

http://id.wikipedia.org/wiki/Anak

http://www.tabloid-nakita.com/Khasanah/khasanah06279-02.htm



Profile

Nurul
fans of TVXQ (Max/Xiah/Hero/U-Know/Micky) esp Max ChangMin, student, teddy bear holic, and love random life

Chat


LINK
livejournal plurk twitter ka icha ka lita nana fahma

Credits
insomatic
obsequious